Senin, 25 April 2022

MAKALAH MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN

 Judul : Manajemen dan kepemimpinan

Nama : Nana Sutisna

Email : nsutisna010@gmail.com

No HP : 085793417132



BAB I

PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG

Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan tercapai tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama (Panji Anogara).

Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang-orang lain agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi itu mengandung dua pengertian pokok yang sangat penting tentang kepemimpinan, yaitu Mempengaruhi perilaku orang lain. Kepe-mimpinan dalam organisasi diarahkan untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya, agar mau berbuat seperti yang diharapkan ataupun diarahkan oleh orang yang memimpinnya.

Motivasi orang untuk berperilaku ada dua macam, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Dalam hal motivasi ekstrinsik perlu ada faktor di luar diri orang tersebut yang mendorongnya untuk berperi-laku tertentu. Dalam hal semacam itu kepemimpinan adalah faktor luar. Sedang motivasi intrinsik daya dorong untuk berperilaku tertentu itu berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Jadi semacam ada kesadaran kemauan sendiri untuk berbuat sesuatu, misalnya memperbaiki mutu kerjanya. kepemimpinan harus diarahkan agar orang-orang mau berkerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi perilaku yang ditimbulkan oleh kepemimpinan itu berupa kesediaan orang-orang untuk saling bekerjasama mencapai tujuan organisasi yang disepakati bersama. Dalam implementasinya kepemimpinan yang berhasil adalah yang mampu menumbuhkan kesadaran orang-orang dalam perguruan tinggi untuk melakukan peningkatan-peningkatan mutu kinerja dan terciptanya kerjasama dalam kelompok-kelompok untuk meningkatkan mutu kinerja masing-masing kelompok maupun kinerja perguruan tinggi secara terpadu. Adanya kerjasama-kerjasama kelompok merupakan salah satu kunci keberhasilan.

Dalam proses tersebut pimpinan membimbing, memberi pengarahan, mempengaruhi perasaan dan perilaku orang lain, memfasilitasi serta menggerakkan orang lain untuk bekerja menuju sasaran yang diingini bersama. Semua yang dilakukan pimpinan harus bisa dipersepsikan oleh orang lain dalam organisasinya sebagai bantuan kepada orang-orang itu untuk dapat meningkatkan mutu kinerjanya. 

Dalam hal ini usaha mempengaruhi perasaan mempunyai peran yang sangat penting. Perasaan dan emosi orang perlu disentuh dengan tujuan untuk menumbuhkan nilai-nilai baru, misalnya bekerja itu harus bermutu, atau memberi pelayanan yang sebaik mungkin kepada pelanggan itu adalah suatu keharusan yang mulia, dan lain sebagainya. Dengan nilai-nilai baru yang dimiliki itu orang akan tumbuh kesadarannya untuk berbuat yang lebih bermutu. Dalam ilmu pendidikan ini masuk dalam kawasan affective.

Kepemimpinan yang merupakan faktor eksternal tadi, harus selalu dapat memotivasi anggota organisasi perguruan tinggi untuk melakukan perbaikan-perbaikan mutu. Tetapi kalau setiap kali dan dalam setiap hal harus memberi perintah atau pengarahan, itu akan menimbulkan kesulitan. Kalau setiap melakukan pekerjaan dengan baik itu harus dengan perintah pimpinan, dan kalau tidak ada perintah pimpinan tidak dilakukan pekerjaan dengan baik, maka perbaikan mutu kinerja yang terus menerus akan sulit diwujudkan. Oleh karena itu agar kepemimpinan itu selain untuk memberi pengarahan atau perintah tentang hal-hal yang perlu ditingkatkan mutunya, juga perlu digunakan untuk menumbuhkan motivasi intrinsik, yaitu menumbuhkan kesadaran akan perlunya setiap orang dalam perguruan tinggi itu selalu berupaya meningkatkan mutu kinerjanya masing-ma-sing secara individual maupun bersama-sama sebagai kelompok ataupun sebagai organisasi.

B. TUJUAN

Berdasarkan latar belakang masalah maka makalah ini membahas tentang 

• Manajemen kepemimpinan

• Kepemimpinan 

• manajemen

• Pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya





C. MASALAH

• Bagaimanakah sebenarnya manajemen seorang pemimpin

• Apa sajakah yang harus kita ketahui dari manajemen kepemimpinan

• Membahas pentingnya sebuah manajemen bagi seorang manajer

D. BATASAN MASALAH

Makalah ini hanya membahas tentang Manajemen kepemimpinan






























BAB II

LANDASAN TEORI



Ketika anda belajar manajemen, anda selalu teringat oleh Henry Fayol. Ia, di tahun 1916 memperkenalkan konsep manajemen yang berupa merencanakan, mengorganisasikan, memerintahkan, dan mengawasi. Ketika ada orang bertanya kepadanya, apa tugas dari seorang dirut? POSDCORB jawabnya. Itu adalah kepanjangan dari planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting dan budgeting. Ia mengemukakan istilah itu di tahun 1930. Akronim manajemen itu ringkas dan mudah diingat. 

William Stewart, (Carter-Scott, 1994) seorang alumnus the Naval Academy yang merupakan veteran perang Vietnam ikut berpendapat tentang manajemen dengan mengatakan, “Ada perbedaan keahlian yang dituntut di dunia militer. Ketika keadaan damai, misalnya, anda akan sukses jika anda tahu bagaimana menerapkan manajemen. Namun ketika perang, anda hanya akan sukses jika anda mampu memimpin. Keahlian manajemen anda yang efektif, tidak terlalu bisa anda terapkan dalam perang. Yang diperlukan adalah kemampuan memimpin.” Sekarang ini Steward sudah menjadi pengacara yang sukses di Amerika Serikat. 

Peter Drucker menulis salah satu buku paling awal tentang manajemen terapan: "Konsep Korporasi" (Concept of the Corporation), diterbitkan tahun 1946. Buku ini muncul atas ide Alfred Sloan (chairman dari General Motors) yang menugaskan penelitian tentang organisasi.

Berbagai pakar mempunyai pendapat yang bermacam-macam tentang manajemen dan kepemimpinan itu.. Satu penjelasan yang mudah dipahami adalah dari Stephen Covey.Andaikata kita ini sedang akan membuka hutan untuk eksplorasi hasil hutan, maka seorang pemimpin akan mengatakan, “Baik, dari berbagai informasi dan pertimbangan, saya putuskan hutan di lereng bukit itu yang harus kita tebang dulu.” Sebagai pemimpin ia menjelaskan bagian mana yang harus dieksplorasi.Begitu pemimpin itu menjelaskan bagian hutan mana yang harus dibuka, maka saatnya peran manajemen berlaku. Para manajer akan memikirkan cara-cara, alat-alat, metoda yang paling efektif untuk membuka hutan itu. Mungkin mereka akan memakai gergaji listrik, mungkin memakai gergaji panjang karena medannya sulit, atau bahkan mereka akan melingkar untuk mencari celah agar mudah membuka bagian hutan itu.Bisakah sekarang anda membedakan fungsi manajemen dan kepemimpinan? Kepemimpinan adalah yang menentukan arah, sedangkan manajemen berusaha untuk mewujudkan agar arah tadi bisa tercapai. 

Manajemen lebih peduli kepada pemilihan metoda, cara-cara agar tujuan itu bisa tercapai secara efektif. Itu tadi adalah konsep manajemen dan kepemimpinan dari Covey. Warren Bennis, pakar kepemimpinan dan manajemen terkenal, dengan cerdas mengatakan, “Pemimpin menaklukkan situasi. Mungkin situasi itu kacau, membingungkan, mengherankan dan bahkan menantang kita dan bisa membungkam kita jika kita biarkan situasi itu makin memburuk. Manajer, atau manajemen? Manajer menyerah atas keadaan itu. Manajemen berarti mengelola, sedangkan kepemimpinan, menginovasi. Manajer adalah tiruan, sedangkan pemimpin adalah asli. Manajemen menjaga hal-hal, pemimpin mengembangkan hal-hal.

H. Dodge, Ronald Fisher, dan Thorton C Fry memperkenalkan teknik statistika ke dalam manajemen. Pada tahun 1940an, Patrick Blackett mengkombinasikan teori statistika dengan teori mikroekonomi dan lahirlah ilmu riset operasi. Riset operasi, sering dikenal dengan "Sains Manajemen", mencoba pendekatan sains untuk menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya di bidang logistik dan operasi.



















BAB III

ANALISA MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN



A. Pengertian manajemen kepemimpinan

Manajemen kita terjemahkan menjadi manajemen, dan leadership menjadi kepemimpinan.Sebenarnya apaperbedaan “hakiki” antara manajemen dan kepemimpinan? Silakan baca terus..Berbagai pakar mempunyai pendapat yang bermacam-macam tentang manajemen dan kepemimpinan itu.. Satu penjelasan yang mudah dipahami adalah dari Stephen Covey.Andaikata kita ini sedang akan membuka hutan untuk eksplorasi hasil hutan, maka seorang pemimpin akan mengatakan, “Baik, dari berbagai informasi dan pertimbangan, saya putuskan hutan di lereng bukit itu yang harus kita tebang dulu.” Sebagai pemimpin ia menjelaskan bagian mana yang harus dieksplorasi.Begitu pemimpin itu menjelaskan bagian hutan mana yang harus dibuka, maka saatnya peran manajemen berlaku. 

Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuna ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Karenanya, manajemen dapat diartikan sebagai ilmu dan seni tentang upaya untuk memanfaatkan semua sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan secara efektif dan efesien. Manajer/Pemimpin adalah seorang yang karena pengalaman, pengetahuan, dan keterampilannya diakui oleh organisasi untuk memimpin, mengatur, mengelola, mengendalikan dan mengembangkan kegiatan organisasi dalam rangka mencapai tujuan.

Para manajer akan memikirkan cara-cara, alat-alat, metoda yang paling efektif untuk membuka hutan itu. Mungkin mereka akan memakai gergaji listrik, mungkin memakai gergaji panjang karena medannya sulit, atau bahkan mereka akan melingkar untuk mencari celah agar mudah membuka bagian hutan itu.Bisakah sekarang anda membedakan fungsi manajemen dan kepemimpinan? Kepemimpinan adalah yang menentukan arah, sedangkan manajemen berusaha untuk mewujudkan agar arah tadi bisa tercapai

Manajemen dan kepemimpinan, sebenarnya apa perbedaan mendasar kedua istilah itu? Dua kata itu, manajemen dan kepemimpinan sangat sering kita dengar. Kadang kata itu sering kita persamakan artinya. Ketika kita melihat perusahaan yang sangat berkembang kita sering mengatakan, “manajemen di sana baik.” Kadang kita berkata, namun kata manajemen begitu melanda dalam kehidupan sehari-hari. 

Ketika anda ingin mengkritik sebuah universitas yang prestasinya buruk, anda mengatakan "manajemen universitas itu tidak cakap." Ketika anda bicara pengelolaan pajak yang amburadul, anda mengatakan, "manajemen pajak di negeri kita payah." Saat ini kita memang hidup penuh dengan berondongan istilah yang macam-macam, yang semuanya terkait dengan manajemen.. Benchmarking, balance score card, intrapreneuring, empowerment, business process reengineering, dan istilah-istilah aneh-aneh (tapi pasti Inggris) begitu melanda organisasi kita.Celakanya, kita sering begitu “gagah” menggunakan kata-kata asing itu. Daripada bilang pemberdayaan, kita lebih mantap bicara empowerment. Daripada bicara hubungan pelanggan yang akrab, kita katakan customer intimacy, atau malah sekadar customer relationship. 

Namun ada fenomena menarik, walau kita sering mengucapkan berbagai istilah manajemen, kita malah sering tidak tahu arti persis dari kata-kata itu. Seringkali pula istilah manajemen itu kita dengar dari orang lain, karena terasa gagah, kata itu kemudian menjadi “kosa kata” kita sehari-hari tanpa kita pernah tahu dari literatur mana sumber istilah manajemen itu.Ketika kita makin berakrab-akrab dengan berbagai istilah itu, agar “membumi” kita ganti istilah itu menjadi bahasa Indonesia. 


B. Ruang Lingkup Manajemen

Selain manajemen sebagai ilmu, manajemen juga dianggap sebagai seni. Hal ini disebabkan oleh kepemiminan memerlukan kharisma, stabilitas emosi, kewibawaan, kejujuran, kemampuan menjalin hubungan antaramanusia yang semuanya itu banyak ditentukan oleh bakat seseorang dan tidak dapat dipelajari

Ilmu manajemen merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang disistemisasi, dikumpulkan dan diterima kebenarannya. Hal ini dibuktikan dengan adanya metode ilmiah yang dapat digunakan dalam setiap penyelesaian masalah dalam manajemen. Metode ilmiah pada hakikatnya meliputi urutan kegiatan sebagai berikut.

1. Mengetahui adanya persoalan.

2. Mendefinisikan persoalan.

3. Mengumpulkan fakta, data dan informasi.

4. Menyusun alternatif penyelesaian.

5. Mengambil keputusan dengan memilih salah satu alternatif penyelesaian.

6. Melaksanakan keputusan serta tindak lanjut.


C. Kualitas Seorang Pemimpin 

Seorang pemimpin sejati tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tetapi juga harus memiliki serangkaian metoda kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas dari aspek yang pertama, yaitu karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pemimpin formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metoda kepemimpinan yang baik. Contoh adalah para pemimpin karismatik ataupun pemimpin yang menjadi simbol perjuangan rakyat, seperti Corazon Aquino, Nelson Mandela, Abdurrahman Wahid, bahkan mungkin Mahatma Gandhi, dan masih banyak lagi menjadi pemimpin yang tidak efektif ketika menjabat secara formal menjadi presiden. Hal ini karena mereka tidak memiliki metoda kepemimpinan yang diperlukan untuk mengelola mereka yang dipimpinnya.

Tidak banyak pemimpin yang memiliki kemampuan metoda kepemimpinan ini. Karena hal ini tidak pernah diajarkan di sekolah-sekolah formal. Oleh karena itu seringkali kami dalam berbagai kesempatan mendorong institusi formal agar memperhatikan ketrampilan seperti ini yang kami sebut dengan softskill atau personal skill. Dalam salah satu artikel di economist.com ada sebuah ulasan berjudul Can Leadership Be Taught. Jelas dalam artikel tersebut dibahas bahwa kepemimpinan (dalam hal ini metoda kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga melengkapi mereka yang memiliki karakter kepemimpinan. Ada tiga hal penting dalam metoda kepemimpinan, yaitu:

Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas.Visi ini merupakan sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya proses ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi berbagai keahlian dari orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut. Bahkan dikatakan bahwa nothing motivates change more powerfully than a clear vision. Visi yang jelas dapat secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam organisasi. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner, yaitu memiliki visi yang jelas kemana organisasinya akan menuju. 

Kepemimpinan secara sederhana adalah proses untuk membawa orang-orang atau organisasi yang dipimpinnya menuju suatu tujuan (goal) yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar, serta berkembang dalam mempertahankan survivalnya sehingga bisa bertahan sampai beberapa generasi. Ada dua aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan implementation role. Artinya seorang pemimpin tidak hanya dapat membangun atau menciptakan visi bagi organisasinya tetapi memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan visi tersebut ke dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang diperlukan untuk mencapai visi itu.

Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang sangat responsive. Artinya dia selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan dan impian dari mereka yang dipimpinnya. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi organisasinya. Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi orang-orang yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki kemampuan untuk menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam menyusun perencanaan (termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan sumber daya, dan sebagainya), melakukan kegiatan sehari-hari (monitoring dan pengendalian), dan mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.

Tangan Yang Melayani (Perilaku Kepemimpinan) Pemimpin sejati bukan sekedar memperlihatkan karakter dan integritas, serta memiliki kemampuan dalam metoda kepemimpinan, tetapi dia harus menunjukkan perilaku maupun kebiasaan seorang pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard tersebut disebutkan ada empat perilaku seorang pemimpin, yaitu: Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpinnya, tetapi sungguh-sungguh memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam perilaku yang sejalan dengan Firman Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa memuliakan Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan, dikatakan dan diperbuatnya.

Pemimpin sejati fokus pada hal-hal spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi. Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal lebih banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tetapi untuk melayani sesamanya. Dan dia lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan penghargaan, dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.

Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek, baik pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dan sebagainya. Setiap hari senantiasi menselaraskan (recalibrating) dirinya terhadap komitmen untuk melayani Tuhan dan sesama. Melalui solitude (keheningan), prayer (doa) dan scripture (membaca Firman Tuhan).

Demikian kepemimpinan yang melayani menurut Ken Blanchard yang menurut kami sangat relevan dengan situasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh bangsa Indonesia. Bahkan menurut Danah Zohar, penulis buku Spiritual Intelligence: SQ the Ultimate Intelligence, salah satu tolok ukur kecerdasan spiritual adalah kepemimpinan yang melayani (servant leadership).

Bahkan dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan Kate Luderman, menunjukkan bahwa pemimpin-pemimpin yang berhasil membawa perusahaannya ke puncak kesuksesan biasanya adalah pemimpin yang memiliki SQ yang tinggi. Mereka biasanya adalah orang-orang yang memiliki integritas, terbuka, mampu menerima kritik, rendah hati, mampu memahami orang lain dengan baik, terinspirasi oleh visi, mengenal dirinya sendiri dengan baik, memiliki spiritualitas yang tinggi, dan selalu mengupayakan yang terbaik bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang lain


D. Prinsip Kepemimpinan

• Seorang yang belajar seumur hidup Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar. 

• Berorientasi pada pelayanan Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.

• Membawa energi yang positifSetiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif, seperti ;

• Percaya pada orang lainSeorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.

• Keseimbangan dalam kehidupanSeorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi. Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akherat. 

• Melihat kehidupan sebagai tantangan Kata ‘tantangan’ sering di interpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan.

• Sinergi Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya. Sinergi adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier Webster International Dictionary, Sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap orang atasan, staf, teman sekerja.

• Latihan mengembangkan diri sendiri Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi dia tidak hanya berorientasi pada proses. Proses daalam mengembangkan diri terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan dengan: 


 Pemahaman materi; 

 Memperluas materi melalui belajar dan pengalaman; 

 Mengajar materi kepada orang lain; 

 Mengaplikasikan prinsip-prinsip;

 Memonitoring hasil; 

 Merefleksikan kepada hasil; 

 Menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi; 

 Pemahaman baru; dan 

 Kembali menjadi diri sendiri lagi.


Mencapai kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena beberapa kendala dalam bentuk kebiasaan buruk, misalnya: kemauan dan keinginan sepihak; kebanggaan dan penolakan; dan ambisi pribadi. Untuk mengatasi hal tersebut, memerlukan latihan dan pengalaman yang terus-menerus. Latihan dan pengalaman sangat penting untuk mendapatkan perspektif baru yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. 

Hukum alam tidak dapat dihindari dalam proses pengembangan pribadi. Perkembangan intelektual seseorang seringkali lebih cepat dibanding perkembangan emosinya. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk mencapai keseimbangan diantara keduanya, sehingga akan menjadi faktor pengendali dalam kemampuan intelektual. Pelatihan emosional dimulai dari belajar mendengar. Mendengarkan berarti sabar, membuka diri, dan berkeinginan memahami orang lain. Latihan ini tidak dapat dipaksakan. Langkah melatih pendengaran adalah bertanya, memberi alasan, memberi penghargaan, mengancam dan mendorong. Dalam proses melatih tersebut, seseorang memerlukan pengontrolan diri, diikuti dengan memenuhi keinginan orang. 


E. Tingkat dan Keterampilan Seorang Pemimpin


1. Keterampilan Konseptual

Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Keterampilan ini sering disebut sebagai keterampilan kosepsional (conceptional skill). Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk menciptakan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.


2. Keterampilan Komunikasi atau Kemanusiaan

Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang laion yang disebut juga keterampilan kemanusiaan (human skill). Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbutka kepada atasan. Keterampilan kberkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah maupun bawah.

3. Keterampilan Teknis

Keterampilan terakhir yang merupakan bekal bagi seorang manajer adalah keterampilan teknis (technical skill). Keterampilan ini apda umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya memperbaiki mesin, membuat kursi, merangkai bunga dan keterampilan teknis yang lain.


F. Prinsip dan Fungsi Manajemen

Prinsip dapat didefinisikan sebagai suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum yang merupakan sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak. Prinsip merupakan dasar, namun tidak bersifat mutlak karena prinsip bukanlah umum. Dalam hubungannya dengan manajemen prinsip-prinsip bersifat fleksibel dalam arti bahwa perlu di pertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-sitauasi yang berubah.

Prinsip-prinsip umum manajemen (general principle of management) teridir dari:


1. Pembagian kerja

Pembagian kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian sehingga pelaksanaan kerja berjalan efektif. Oleh karena itu, dalam penempatan personal harus menggunakan prinsip the right man in the right place. Pembagian kerja harus rasional/objektif, bukan emosional subyektif yang didasarkan atas dasar like and dislike.

Dengan adanya prinsip the right man in the right place akan memberikan jaminan terhadap kestabilan, kelancaran dan efesiensi kerja. Pembagian kerja yang baik merupakan kunci bagi penyelengaraan kerja. kecerobohan dalam pembagian kerja akan berpengaruh kurang baik dan mungkin menimbulkan kegagalan dalam penyelenggaraan pekerjaan, oleh karena itu, seorang manajer/pemimpin yang berpengalaman akan menempatkan pembagian kerja sebagai prinsip utama yang akan menjadi titik tolak bagi prinsip-prinsip lainnya.


2. Wewenang dan Tanggung jawab 

Setiap Pengurus dalam organisasi dilengkapi dengan wewenang untuk melakukan pekerjaan dan setiap wewenang melekat atau diikuti pertanggungjawaban. Wewenang dan tanggung jawab harus seimbang. Setiap pekerjaan harus dapat memberikan pertanggungjawaban yang sesuai dengan wewenang. Oleh karena itu, makin kecil wewenang makin kecil pula pertanggungjawaban demikian pula sebaliknya.

Tanggung jawab terbesar terletak pada manajer puncak. Kegagalan suatu program bukan terletak pada personil pelaksana, tetapi terletak pada puncak pimpinannya karena yang mempunyai wewenang terbesar adalah manajer puncak. oleh karena itu, apabila manajer puncak tidak mempunyai keahlian dan kepemimpinan, maka wewenang yang ada padanya merupakan bumerang.


3. Disiplin 

Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawab. Disiplin ini berhubungan erat dengan wewenang. Apabila wewenang tidak berjalan dengan semestinya, maka disiplin akan hilang. Oleh karena ini, pemegang wewenang harus dapat menanamkan disiplin terhadap dirinya sendiri sehingga mempunyai tanggung jawab terhadap pekerajaan sesuai dengan weweanng yang ada padanya.


4. Kesatuan perintah 

Dalam melakasanakan program, Pengurus sebuah organisasi harus sangat memperhatikan prinsip kesatuan perintah sehingga pelaksanaan kerja dapat dijalankan dengan baik. Pengurus harus tahu kepada siapa ia harus bertanggung jawab sesui dengan wewenang yang diperolehnya. 


5. Kesatuan pengarahan 

Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya, pengurus perlu diarahkan menuju sasarannya. Kesatuan pengarahan bertalian erat dengan pembagian kerja. Kesatuan pengarahan tergantung pula terhadap kesatuan perintah. Dalam pelaksanaan kerja bisa saja terjadi adanya dua perintah sehingga menimbulkan arah yang berlawanan. Oleh karena itu, perlu alur yang jelas dari mana seseorang mendapat wewenang untuk melaksanakan pekerjaan dan kepada siapa ia harus mengetahui batas wewenang dan tanggung jawabnya agar tidak terjadi kesalahan. Pelaksanaan kesatuan pengarahan (unity of directiion) tidak dapat terlepas dari pembaguan kerja, wewenang dan tanggung jawab, disiplin, serta kesatuan perintah.


6. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri

Setiap pengurus harus mengabdikan kepentingan sendiri kepada kepentingan organisasi. Hal semacam itu merupakan suatu syarat yang sangat penting agar setiap kegiatan berjalan dengan lancar sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik

Setian pengurus dapat mengabdikan kepentingan pribadi kepada kepentingan organisasi apabila memiliki kesadaran bahwa kepentingan pribadi sebenarnya tergantung kepada berhasil-tidaknya kepentingan organisasi. Prinsip pengabdian kepentingan pribadi kepada kepentingan organisasi dapat terwujud, apabila setiap pengurus merasa senang dalam bekerja sehingga memiliki disiplin yang tinggi.


7. Penghargaan dan Kontraprestasi

Penghargaan dan kontraprestasi merupakan kompensasi yang menentukan terwujudnya kelancaran dalam berorganisasi. Pengurus yang diliputi perasaan cemas dan kekurangan akan sulit berkonsentrasi terhadap tugas dan kewajibannya sehingga dapat mengakibatkan ketidaksempurnaan dalam bekerja. Oleh karena itu, dalam hal ini kita harus memagang prisip more pay for more prestige (upaya lebih untuk prestasi lebih), tentu dalam rangka perlakuan adil kepada seluruh pengurus.


8. Pemusatan

Pemusatan wewenang akan menimbulkan pemusatan tanggung jawab dalam suatu kegiatan. Tanggung jawab terakhir terletak ada orang yang memegang wewenang tertinggi atau manajer puncak. Pemusatan bukan berarti adanya kekuasaan untuk menggunakan wewenang, melainkan untuk menghindari kesimpangsiuran wewenang dan tanggung jawab. Pemusatan wewenang ini juga tidak menghilangkan asas pelimpahan wewenang (delegation of authority)


9. Tingkatan

Pembagian kerja menimbulkan adanya atasan dan bawahan. Bila pembagian kerja ini mencakup area yang cukup luas akan menimbulkan hirarki. Hirarki diukur dari wewenang terbesar yang berada pada pimpinan/manajer puncak dan seterusnya berurutan ke bawah. dengan adanya hirarki ini, maka setiap pengurus akan mengetahui kepada siapa ia harus bertanggung jawab dan dari siapa ia mendapat perintah.


10. Ketertiban 

Ketertiban dalam melaksanakan pekerjaan merupakan syarat utama karena pada dasarnya tidak ada orang yang bisa bekerja dalam keadaan kacau atau tegang. Ketertiban dalam suatu pekerjaan dapat terwujud apabila seluruh pengurus mempunyai disiplin yang tinggi. Oleh karena itu, ketertiban dan disiplin sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan.



11. Keadilan dan Kejujuran

Keadilan dan kejujuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Keadilan dan kejujuran terkait dengan moral pengurus dan tidak dapat dipisahkan. Keadilan dan kejujuran harus ditegakkan mulai dari pimpinan karena atasan memiliki wewenang yang paling besar. Manajer yang adil dan jujur akan menggunakan wewenangnya dengan sebaik-baiknya untuk melakukan keadilan dan kejujuran pada bawahannya.


12. Stabilitas kondisi karyawan

Dalam setiap kegiatan kestabilan personil harus dijaga sebaik-baiknya agar segala pekerjaan berjalan dengan lancar. Kestabilan pengurus terwujud karena adanya disiplin kerja yang baik dan adanya ketertiban dalam kegiatan. Manusia sebagai makhluk sosial yang berbudaya memiliki keinginan, perasaan dan pikiran. Apabila keinginannya tidak terpenuhi, perasaan tertekan dan pikiran yang kacau akan menimbulkan goncangan dalam bekerja.


13. Inisiative

Prakarsa timbul dari dalam diri seseorang yang menggunakan daya pikir. Prakarsa menimbulkan kehendak untuk mewujudkan suatu yang berguna bagi penyelesaian pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Jadi dalam prakarsa terhimpun kehendak, perasaan, pikiran, keahlian dan pengalaman seseorang. Oleh karena itu, setiap prakarsa yang datang dari pengurus harus dihargai. Prakarsa (inisiatif) mengandung arti menghargai orang lain, karena itu hakikatnya manusia butuh penghargaan. Setiap penolakan terhadap prakarsa pengurus merupakan salah satu langkah untuk menolak gairah kerja. 


14. Semangat Kesatuan

Setiap pengurus harus memiliki rasa kesatuan, yaitu rasa senasib sepenanggyungan sehingga menimbulkan semangat kerja sama yang baik. semangat kesatuan akan lahir apabila setiap pengurus mempunyai kesadaran bahwa setiap pengurus berarti bagi pengurus lain dalam sebuah organisasi.. Manajer yang memiliki kepemimpinan akan mampu melahirkan semangat kesatuan (esprit de corp), sedangkan manajer yang suka memaksa dengan cara-cara yang kasar akan melahirkan friction de corp (perpecahan dalam korp) dan membawa bencana


G. Fungsi Manajemen

Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam

proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer /pemimpin dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Manajer Mengelola fungsi-fungsi 

1. Perencanaan 

Kegiatan seorang manajer/pemimpin adalah menyusun rencana. Menyusun rencana berarti memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Agar dapat membuat rencana secara teratur dan logis, sebelumnya harus ada keputusan terlebih dahulu sebagai petunjuk langkah-langkah selanjutnya.


2. Pengorganisian 

Pengorganisasian atau organizing berarti menciptakan suatu struktur dengan bagian-bagian yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga hubungan antarbagian-bagian satu sama lain dipengaruhi oleh hubungan mereka dengan keseluruhan struktur tersebut.

Pengorganisasian bertujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Selain itu, mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut.

3. Menggerakkan

Menggerakkan atau Actuating adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya adalah menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership).


4. Pengawasan 

Pengawasan merupakan tindakan seorang manajer untuk menilai dan mengendalikan jalannya suatu kegiatan yang mengarah demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan 




H. Sarana Manajemen

Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana (tools). Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Tools tersebut dikenal dengan 6M, yaitu men, money, materials, machines, method, dan markets.


1. Manajemen SDM. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.

2. Uang. Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar kecilnya suatu kegiatan juga bias diliat dengan indikasi dana/uang yang diperlukan atau justru dihasilkan dalam suatu kegiatan.


3. Bahan. Materi terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.

4. Mesin. Dalam kegiatan perusahaan, mesin sangat diperlukan. Penggunaan mesin akan membawa kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.

5. Metode. Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Suatu tata cara kerja yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan suatu program. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri.

6. Sasaran. Dalam rangka suksesi suatu program maka kita harus melihat sasaran dari program secara utuh/holistic.Perumusan Visi Organisasi : Banyak organisasi yang tidak dirancang untuk menjalankan tugas tertentu. Nanti setelah berjalan selama bertahun- tahun, -karena pengaruh berbagai tekanan yang kerapkali menimbulkan konflik- barulah secara bertahap mereka mulai mendefinisikan kembali tugas- tugasnya.. Visi akan menuntun mereka untuk mengetahui cara paling efektif untuk mencapainya, yang biasa disebut misi. Lalu dibutuhkan strategi dan aktivitas guna mencapai misi tersebut.

Pendekatan partisipatif mampu menguatkan visi, misi dan strategi sebuah organisasi. Semua anggota organisasi harus mengetahui visi dan misi serta sepakat dengan strategi yang akan dijalankan. Hal ini akan mewarnai kerja rutin dan meningkatkan motivasi serta kepuasan kerja mereka. Cara terbaik untuk memastikan bahwa visi dan misi menjadi milik bersama adalah melibatkan orang sebanyak mungkin dalam proses perumusannya.

Perumusan visi dan misi ini diawali dengan berdiskusi bersama pengguna pelayanan atau kelompok lain yang menerima manfaat dari organisasi ini. Peluang melibatkan banyak orang bisa diperoleh melalui pertemuan formal dan informal serta lokakarya dan seminar. Untuk mencari dan mendalami isu-isu tertentu bisa dibentuk kelompok kerja. Selain itu studi tour dan kunjungan pertukaran ke organisasi lain yang melakukan pekerjaan serupa bisa menstimulas lahirnya ide-ide bermanfaat. Hal lain yang penting adalah pertemuan dan diskusi dengan organisasi lain yang bekerja di wilayah yang sama atau organisasi mitra. Dan untuk memastikan semua orang mengetahui apa yang sedang berlangsung dan mampu memberikan konstribusi secara efektif maka dibutuhkan sistem komunikasi internal yang baik.
















BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN



A. KESEIMPULAN

Kepemimpinan adalah yang menentukan arah, sedangkan manajemen berusaha untuk mewujudkan agar arah tadi bisa tercapai. Manajemen lebih peduli kepada pemilihan metoda, cara-cara agar tujuan itu bisa tercapai secara efektif. Itu tadi adalah konsep manajemen dan kepemimpinan dari Covey. Warren Bennis, pakar kepemimpinan dan manajemen terkenal, dengan cerdas mengatakan, “Pemimpin menaklukkan situasi. Mungkin situasi itu kacau, membingungkan, mengherankan dan bahkan menantang kita dan bisa membungkam kita jika kita biarkan situasi itu makin memburuk. Manajer, atau manajemen? Manajer menyerah atas keadaan itu. Manajemen berarti mengelola, sedangkan kepemimpinan, menginovasi. Manajer adalah tiruan, sedangkan pemimpin adalah asli. Manajemen menjaga hal-hal, pemimpin mengembangkan hal-hal. Manajemen berfokus pada sistem dan struktur sedangkan kepemimpinan berfokus pada orang-orang

Kepemimpinan merupakan suatu proses dimana sang pemimpin mampu mempengaruhi pengikutnya untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam memimpin, tentu setiap pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan tersendiri yang merupakan cerminan ciri khas kepemimpinannya.

Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuna ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Karenanya, manajemen dapat diartikan sebagai ilmu dan seni tentang upaya untuk memanfaatkan semua sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan secara efektif dan efesien. Manajer/Pemimpin adalah seorang yang karena pengalaman, pengetahuan, dan keterampilannya diakui oleh organisasi untuk memimpin, mengatur, mengelola, mengendalikan dan mengembangkan kegiatan organisasi dalam rangka mencapai tujuan.

Kemampuan intelektualnya yang tinggi, telah membentuk gaya kepemimpinan

gagasan, organisasi adalah hanyalah alat atau instrumen dari sebuah pemikiran yang diusung bersama sama, dipahami, dan disepakati bersama sama. Adalah hal yang susah mensintesiskan pribadi seseorang baik atau buruk dalam soal kepemimpinan, tergantung paradigma berpikir seseorang. Untuk menjadi pemimpin yang benar bukan hal yang mudah.


B. SARAN

Kepemimpinan dikatakan sukses jika orang-orang itu kemudian bergerak, maju dan menganggap tujuan tadi milik mereka yang harus mereka perjuangkan dan capai. Pengaruh kepada lingkungannya, Manajemen kepemimpinen sangat berpengaruh keberadaannya, mendorong perubahan dalam organisasi. Bisakah sekarang kita membedakan fungsi manajemen dan kepemimpinan?” Pendapat saya sendiri? Kunci dari kepemimpinan adalah pengaruh. Ia berbuat, bertindak, bekerja untuk mempengaruhi orang agar mau bergerak menuju arah yang sudah dicanangkan. 



























DAFTAR PUSTAKA


Ardian Syam, Konsep Manajemen, Author, Http://www.pembelejar.com.


Purwanto, Yadi, 2001, makalah: Manajemen PT. Cendekia Informatika, Jakarta

W. Brown steven, 1998, manajemen kepemipinan, Jakarta: Profesional Books


Rabu, 13 Desember 2017

GMNI SUKABUMI

https://www.youtube.com/watch?v=xykog6JuZN8

MAKALAH PENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP KESEJAHTERAAN

MAKALAH
PENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP KESEJAHTERAAN

Makalah Ini Di Buat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Ekologi Pemerintahan Indonesia
Dosen : Drs. H. Pepep Sulaeman, M.Si


Disusun Oleh :
NANA SUTISNA
6520114040







Prodi : Ilmu Pemerintahan 6 / Sore

PROMRAM STUDI S1 ILMU PEMERINTAHAN
SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN POLITIK
STISIP WIDYAPURI MANDIRI SUKABUMI
2017

Komplek Gelanggang Cisaat
JL. Raya Cisaat No. 6 Telp./Fak. 0266-222867 Kab. Sukabumi
(e-mail : mandiri @ stisipwidyapuri.com – website : www.stisipwidyapuri.com



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
                         Penduduk adalah orang atau sekelompok orang yang tinggal di suatu          tempat. Adapun yang dimaksud penduduk Indonesia adalah orang-orang yang      menetap di Indonesia. Berdasarkan publikasi dari Badan  Pusat Statistik (BPS),             hasil sensus pada tahun 2015 menunjukkan bahwa penduduk Indonesia           berjumlah 257,9 juta jiwa. Dilihat dari jumlah penduduk yang demikian        banyaknya, Indonesia menduduki urutan  keempat sebagai negara yang             memiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia setelah Cina, India, dan           Amerika Serikat. Penduduk merupakan modal dasar dalam pembangunan, tapi         dari sisi lain juga bisa menjadi beban oleh negara untuk memacu pertumbuhan       ekonomi. Jumlah penduduk yang besar mempunyai dampak terhadap proses         dan hasil usaha pembangunan. Jumlah penduduk yang besar tersebut apabila           mampu berperan sebagai tenaga kerja yang berkualitas akan merupakan modal          pembangunan yang besar dan akan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha    pembangunan di segala bidang.
                         Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan dan          keragaman alam serta budaya yang luar biasa. Tingkat pertumbuhan penduduk       di Indonesia termasuk tinggi, yakni sekitar 1,98% per tahun. Indonesia        merupakan negara dengan nomor urut keempat dalam besarnya jumlah        penduduk setelah China, India, dan Amerika Serikat. Menurut data statistik   dari BPS, jumlah penduduk Indonesia saat ini adalah 257,9 juta jiwa, dengan    angka pertumbuhan bayi sebesar 1,49 % per tahun. Angka pertumbuhan ini            relatif lebih kecil dibandingkan dengan angka pertumbuhan bayi pada tahun 1970, yaitu sebesar 2,34%. Dengan jumlah penduduk sebesar 257,9 juta jiwa,           maka pertambahan penduduk setiap tahunnya adalah 3,5 juta jiwa. Jumlah itu           sama dengan jumlah seluruh penduduk di Singapura. Lonjakan penduduk yang        sangat tinggi atau baby booming di Indonesia akan berdampak sangat luas, termasuk juga dampak bagi ekologi atau lingkungan hidup. Hal itu dapat          mengganggu keseimbangan, bahkan merusak ekosistem yang ada. Dengan laju       pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,98% per tahun, penduduk     Indonesia pada 45 – 50 tahun mendatang diperkirakan akan berlipat ganda     yakni menjadi 490 juta jiwa.  
                         Pertumbuhan penduduk memiliki banyak pengaruh, seperti perkembangan social, karena pesatnya pertumbuhan penduduk tanpa di ikuti            dengan kualitas dan kuantitas yang dimiliki sumber daya manusia. Dampak           pertumbuhan penduduk yang semakin luar biasa akan menimbulkan banyak            sekali konflik dalam ranah kehidupan social, seperti kendala yang dihadap            badan kesejahteraan keluarga berencana (BKKBN) tersebut. Bukan cuma itu migrasi merupakan penyebab terbesar lainnya dalam perkembangan social           karena pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk banyak menyebabkan         pengaruh dan dampak dampak negative lainnya ; Pengetahuan tentang aspek-         aspek dan komponen demografi seperti fertilitas, mortalitas, morbiditas,            migrasi, ketenagakerjaan, perkawinan, dan aspek keluarga dan rumah tangga           akan membantu para penentu kebijakan dan perencana program untuk dapat             mengembangkan program pembangunan kependudukan dan peningkatan          kesejahteraan masyarakat yang tepat sasaran.
                         Selain itu, kemiskinan tidak bisa dilepaskan dari kebodohan dimana            sangat erat hubungannya dengan kemiskinan dan keterbelakangan dalam         ekonomi dan kemakmuran. Meski kenyataannya ada anak-anak keluarga           miskin yang memiliki kemampuan akademik yang baik tetapi keterbelakangan        untuk meraih kesempatan dalam berbagai bidang kehidupan juga yang      menimbulkan diskriminasi lantaran status sosial dan ekonomi yang rendah.                         Untuk memerangi kemiskinan tentu harus bekerja keras. Memerangi           kebodohan tentu harus giat belajar, namun kenyataannya pendidikan kian sulit         terjangkau kebanyakan rakyat disebabkan oleh biaya yang semakin mahal     seiring berkembangnya zaman. Sulitnya juga orang-orang untuk mendapatkan   pekerjaan yang layak untuk menunjang kehidupan.
                         Disinilah pemerintah sangat diharapkan yaitu memainkan perannya             untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam suatu negara, peran       pemerintah sangat menentukan, baik dalam membuat masyarakat menjadi    miskin, maupun keluar dari kemiskinan. Negara yang maju adalah Negara   yang lebih mementingkan kepentingan masyarakatnya untuk menjadikan          masyarakat lebih sejahtera dan makmur sehingga kemiskinan yang ada dapat     diminimalisir, bahkan lebihnya dapat dihilangkan.

1.2     Rumusan Masalah
1.             Fenomena Pertumbuhan Penduduk Indonesia ?
2.             Pengaruh Pertumbuhan Penduduk Terhadap Kesejahteraan ?

1.3     Batasan Masalah
                         Makalah ini hanya membahas tentang Pengaruh Pertumbuhan          Penduduk Terhadap Kesejahtraan Masyarakat.

1.4     Tujuan Penulisan
1.      Menguraikan penyabab masalah pertumbuhan penduduk
2.      Menguraikan konsep dan defenisi kemiskinan serta penyebab kemiskinan
4.      Menguraikan Fenomena Pertumbuhan Penduduk di kaji dengan Issu Terkini



BAB II
PEMBAHASAN

1. Fenomena Pertumbuhan Penduduk Indonesia
                         Pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin hari menunjukkan             perkembangan yang pesat telah melahirkan berbagai macam persoalan di           Negara ini. Dalam tulisan singkat ini saya ingin mengungkapkan hipotesis saya tentang hal ini, yakni bahwa perkembangan penduduk Indonesia ternyata   memunculkan banyak konflik, dimana pangkal dari persoalan itu adalah     kuantitas yang terus bertambah yang tidak diikuti oleh sumber daya manusia yang mendukung. Hal ini menyangkut aspek ekonomi politik sosial bahkan             budaya.
1.2.    Aspek Ekonomi
                         Sudah barang tentu dengan pertumbuhan penduduk yang semakin banyak maka akan membutuhkan lapangan kerja untuk menutupi kebutuhan     sehari-hari. Dengan demikian pertumbuhan penduduk yang fantastik yang terjadi di Indonesia harus segera mendapatkan perhatian dari pemerintah demi          mengantisipasi angka pengangguran yang seiring bertambahnya penduduk             tentu akan memicu hal itu.
1.3.    Aspek Politik
                         Dari aspek politik, perkembangan penduduk Indonesia akan            memberikan dampak pada ranah perpolitikan karena dengan suara rakyat yang            semakin bertambah dengan semakin banyaknya penduduk akan memunculkan konflik baru dalam dunia perpolitikan yang dengan hal itu akan menimbulkan        kecurangan dalam pemilihan umum, sebagaimana yang kita lihat dewasa ini.     Disamping itu juga pertumbuhan penduduk yang semakin menjadi akan             menumbulkan aspirasi baru dari suara rakyat yang tentunya akan menyibukkan           anggota DPR untuk membuat undang-undang baru atau merevisi yang lama             sebagai langkah untuk mensejahterakan rakyat, namun demikian langkah yang        dilakukan oleh anggota DPR kita masih terkesan lambat dan belum pro rakyat sehingga akan menimbulkan ketidakpuasan di hati rakyat dan tentunya akan           mengganggu kedamaian Negara.

1.4.    Aspek Sosial
                         Selanjutnya dari aspek sosial, menurut persepsi kami, setelah            mendengar dan menyaksikan dari berita dan membaca dari surat kabar atau       Koran harian, ternyata aspek sosiallah yang paling besar mendapatkan dampak           dengan pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin meledak. Berikut             sebuah pernyataan yang saya kutip dari Koran harian seputar Indonesia tentang            masalah KB, “dengan klinik kesejahteraan keluarga, pelayanan yang diberikan    bukan hanya pelayanan kontrasepsi melainkan juga konsultasi menyangkut           seluruh masalah dasar ibu, anak, gizi, dan terutama tentang pentingnya          program KB dan dampak ledakan penduduk”. Dari kutipan tersebut betapa       sesungguhnya dampak dari pertumbuhan penduduk yang semakin luar biasa akan menimbulkan banyak sekali konflik dalam ranah kehidupan sosial, seperti         kendala yang dihadapi oleh badan kesejahteraan keluarga berencana (BKKBN)       tersebut.
                         Masih ada lagi dampak yang terjadi dengan pertumbuhan penduduk           yang pesat, yakni akan menimbulkan banyak kriminalitas sperti yang terjadi             belakangan ini, yang hal ini sangat bertalian dengan aspek ekonomi dan     budaya. Seperti kasus yang terjadi di Probolinggo dan di daerah lainnya,    menurut Pakar Sosiologi Universitas Airlangga, Bagong Suyanto, bahwa    kriminalitas yang terjadi belakangan ini lebih di picu oleh dendam pribadi           yang di latar belakangi oleh faktor ekonomi, yang kemudian berkesimpulan            bahwa penyebat terjadinya semua itu adalah karena masyarakat kita telah   kehilangan struktur yang biasanya di jadikan tempat menyelesaikan masalah           seperti: Tetua, Tokoh Masyarakat ataupun Ketua Suku.  Hal ini menurut           persepsi kami muncul karena seperti yang saya kemukakan di muka adalah    karena pesatnya pertumbuhan penduduk tanpa diikuti oleh kualitas kemanusiaan dalam hal ini Sumber Daya Manusia itu sendiri.
                         Namun demikian pertumbuhan penduduk yang tinggi di bisa di       manfaatkan untuk membangun Negara, karena pada dasarnya segala bentuk             organisasi membutuhkan kuantitas untuk membuat suatu perubahan, lebih-         lebih dalam ketatanegaraan. Yang terpenting saat ini adalah bagaimana       menyeimbangkan antara kuantitas dan kualitas untuk selalu dalam satu tatanan           dan terformat dengan baik, sehingga dengan demikian segala macam konflik          yang terjadi yang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk akan bisa di           hentikan atau paling tidak bisa di minimalisir.

2. Pengaruh Pertumbuhan Penduduk Terhadap Kesejahteraan
                         Jumlah penduduk yang besar dalam hal ini, selain membuat kerugian,          juga ada keuntungannya, dengan pertumbuhan penduduk rakyat jadi makin    bisa saling bersosialisai, bermusyawarah, dan bersilahturahmi memprkuat      kerukunan dan kesatua. Dan hubungannya dengan kesejahteraan banyak,   seperti halnya, dengan adanya pertumbuhan penduduk, jadi semakin banyak           orang-orang baru yang memiliki kelebihannya masing-masing, terutama dalam          HAL IT/Teknologi dengan orang-orang ini kita dapat hidup sejahtera, knpa           demikian, dengan adanya orang yang baru, yang memiliki inovasi dan           menciptakan sesuatu yang baru, kita dapat merasakannya, dan juga dapat                   memperdayakan SDM yang ada dengan cara kita latih agar bisa seperti orang-  orang baru tersebut.

                        Jadi pada dasarnya hubungan Pertumbuhan Penduduk terhadap      Kesejahteraan sangat bagus dan banyak keterkaitannya diantaranya :
1.    Dengan adanya SDM baru yang muda, berprestasi pula dapat mengajarkan      orang-orang yang terdahulu/ jadul/ yang belum mengerti akan teknologi
2.    Dengan Membuat lapangan pekerjaan yang baru, untuk para org yang membutuhkan pekerjaan/ tidak tidak dapat melanjutkan sekolah.
3.    Dengan saling bergotong-royong bersama-sama saling bahu membahu untuk    bisa menjaga persatuan dan kesatuan negara kita.
4.     Adanya saling bantu bila mengalami musibah.
5.     Saling menjada keamanan lingkungan masing-masing.
6.    Dan semakin banyak manusia yang bisa memikirkan sodara-sodara kita yang   kesusahan, agar sama-sama bisa maju.

                         Pertumbuhan Penduduk memiliki pengertian perubahan penduduk dari satu waktu ke waktu yang lainnya pada suatu wilayah atau populasi yang          dapat digunakan sebagai pengukuran. Istilah pertumbuhan penduduk bisa             ditujukan untuk semua spesies namun lazimnya pertumbuhan penduduk     dikatikan dengan manusia. Dalam demografi dan ekologi, nilai pertumbuhan   penduduk (NPP) adalah nilai kecil dimana jumlah individu dalam sebuah            populasi meningkat. NPP hanya merujuk pada perubahan populasi pada      periode waktu unit, sering diartikan sebagai persentase jumlah individu dalam         populasi ketika dimulainya periode. Ini dapat dituliskan dalam rumus:

                         Cara yang paling umum untuk menghitung pertumbuhan penduduk             adalah rasio, bukan nilai. Perubahan populasi pada periode waktu unit dihitung           sebagai persentase populasi ketika dimulainya periode. Yang merupakan:
                         Penduduk suatu negara merupakan objek dan subjek pembangunan.            Sebagai obyek artinya penduduk merupakan faktor yang harus dibangun atau         ditingkatkan kualitas hidupnya. Sebagai subjek penduduk merupakan faktor   pelaku proses pembangunan. Di lihat dari sisi yang lain, penduduk merupakan           beban sekaligus potensi bagi suatu negara. Apabila suatu negara pertumbuhan           penduduknya sangat tinggi, ini merupakan masalah. Hal ini dikarenakan   kapasitas wilayah suatu Negara terbatas. Apabila suatu negara telah mengalami          pertumbuhan penduduk yang tinggi, hal ini bisa menyebabkan ledakan       penduduk.Akibat akibat dari ledakan penduduk tersebut sangat berpengaruh   terhadap tingkat kesejahteraan penduduk tersebut dalam suatu wilayah atau      negara tersebut. Secara nasional pertumbuhan penduduk Indonesia masih   relatif cepat, walaupun ada kecenderungan menurun. Antara tahun 1961 –           1971 pertumbuhan penduduk sebesar 2,1 % pertahun, tahun 1971 – 1980 sebesar 2,32% pertahun, tahun 1980 – 1990 sebesar 1,98% pertahun, dan    periode 1990 – 2000 sebesar 1,6% pertahun. Keluarga berencana merupakan           suatu usaha untuk membatasi jumlah anak dalam keluarga, demi kesejahteraan   keluarga. Dalam program ini setiap keluarga dianjurkan mempunyai dua atau           tiga anak saja atau merupakan keluarga kecil.Dengan terbentuknya keluarga kecil diharapkan semua kebutuhan hidup anggota keluarga dapat terpenuhi         sehingga terbentuklah keluarga sejahtera.
                         Ledakan penduduk Indonesia mulai terlihat tahun 80-an. Jika pada             tahun 1930 jumlah penduduk Indonesia masih berkisar 60,7 jiwa, tahun 1985    melonjak hampir tiga kali lipat, yaitu 164 juta jiwa. Tahun 2000 telah lebih            dari 200 juta jiwa. Sampai dengan tahun 2008 jumlah itu terus meningkat. Tahun 2005 mencapai 218.869.000 jiwa dan tahun 2008 mencapai          237.512.355 jiwa. Tabel di bawah  memberi informasi hasil sensus di             Indonesia tahun 1961-2000, hasil survey antar sensus, serta data lain. Amati           perubahan jumlah penduduk yang terjadi! Rata-rata angka kelahiran kasar        termasuk kriteria sedang – tinggi.
          Tabel : Hasil sensus penduduk Indonesia 1961-2008
                         Ledakan penduduk menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan     masyarakat terutama dalam bidang sosial ekonomi. Pertumbuhan penduduk        yang terlalu cepat tidak sebanding dengan perkembangan ekonomi.
          Beberapa dampak buruk ledakan jumlah penduduk adalah sebagai berikut.
·                Semakin terbatasnya sumber-sumber kebutuhan pokok (pangan, sandang, dan           papan yang layak). Akibatnya sumber-sumber kebutuhan pokok tersebut tidak lagi sebanding dengan bertambahnya jumlah penduduk.
·                Tidak mencukupinya fasilitas sosial dan kesehatan yang ada (sekolah, rumah             sakit, tempat rekreasi) serta berbagai fasilitas pendukung kehidupan lain.
·                Tidak mencukupinya lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja yang ada.             Akibatnya, terjadilah peningkatan jumlah pengangguran dan berdampak pada   menurunnya kualitas social (banyak tuna wisma, pengemis, kriminalitas           meningkat, dan lain-lain)
2.2.3.      Upaya Mengatasi Ledakan Jumlah Penduduk
                         Permasalahan akibat ledakan jumlah penduduk terutama dialami oleh          Negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal itu terjadi karena Negara     berkembang ternyata memiliki pertumbuhan penduduk lebih tinggi   dibandingkan negara maju. Persentase pertumbuhan penduduknya lebih dari          2% dan termasuk kriteria tinggi.
                         Di samping melaksanakan Gerakan Keluarga Berencana (GKB) dan            pendidikan kependudukan di berbagai jenjang sekolah, pemerintah dan pihakpihak tertentu juga menempuh berbagai usaha lain.
          Berbagai usaha pendukung tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.
·                Meningkatkan produksi pangan untuk mengatasi kekurangan bahan pangan (misalnya dengan intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi pertanian);
·                Membangun sarana dan prasarana pendidikan yang jumlahnya sebanding      dengan jumlah penduduk usia sekolah.
·                Meningkatkan jumlah fasilitas sosial dan kesehatan (rumah sakit, puskesmas,            dan poliklinik).
·                Meningkatkan jumlah lapangan kerja sehingga sebanding dengan jumlah                   penduduk usia kerja.


BAB III
PENUTUP

3.1     Kesimpulan
                         Kesimpulannya adalah bahwa pertumbuhan penduduk berkaitan     dengan kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat. Pengetahuan tentang aspek-         aspek dan komponen demografi seperti fertilitas, mortalitas, mortilitas, migrasi, ketenagakerjaan, perkawinan, dan aspek keluarga dan rumah tangga          akan membantu para penentu kebijakan dan perencana program untuk dapat       mengembangkan program pembangunan kependudukan dan peningkatan         kesejahteraan masyarakat yang tepat sasaran.
          Dampak Negatif Pertumbuhan Penduduk Lainnya:
·                Lahan tempat tinggal dan bercocok tanam berkurang
·                semakin banyaknya polusi dan limbah yang berasal dari rumah tangga, pabrik,          perusahaan, industri, peternakan, dll
·                Angka pengangguran meningkat
·                Angka kesehatan masyarakat menurun
·                Angka kemiskinan meningkat
·                Pembangunan daerah semakin dituntut banyak
·                Ketersediaan pangan sulit
·                Pemerintah harus membuat kebijakan yang rumit
·                Angka kecukupan gizi memburuk
·                Muncul wanah penyakit baru
                        Cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengimbangi pertambahan   jumlah penduduk :
1.             Penambahan dan penciptaan lapangan kerja dengan meningkatnya taraf hidup          masyarakat maka diharapkan hilangnya kepercayaan banyak anak banyak        rejeki. Di samping itu pula diharapkan akan meningkatkan tingkat pendidikan      yang akan merubah pola pikir dalam bidang kependudukan.
2.             Meningkatkan kesadaran dan pendidikan kependudukan. Dengan semakin   sadar akan dampak dan efek dari laju pertumbuhan yang tidak terkontrol, maka           diharapkan masyarakat umum secara sukarela turut mensukseskan gerakan            keluarga berencana.
3.             Mengurangi kepadatan penduduk dengan program transmigrasi
          Dengan menyebar penduduk pada daerah-daerah yang memiliki kepadatan   penduduk rendah diharapkan mampu menekan laju pengangguran akibat tidak       sepadan antara jumlah penduduk dengan jumlah lapangan pekerjaan yang            tersedia.
4.             Meningkatkan produksi dan pencarian sumber makanan
          Hal ini untuk mengimbangi jangan sampai persediaan bahan pangan tidak     diikuti dengan laju pertumbuhan. Setiap daerah diharapkan mengusahakan       swasembada pangan agar tidak ketergantungan dengan daerah lainnya.

                        Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menekan pesatnya pertumbuhan           penduduk :
1.             Menggalakkan program KB atau Keluarga Berencana untuk membatasi jumlah         anak dalam suatu keluarga secara umum dan masal, sehingga akan mengurangi jumlah angka kelahiran.
2.             Menunda masa perkawinan agar dapat mengurangi jumlah angka kelahiran    yang tinggi.
3.2     Saran
                        Usaha yang harus dilakukan pemerintah untuk mengatasi ledakan    penduduk antara lain :
1.       Memperluas lapangan kerja melalui industrialisasi
2.       Melaksanakan program Keluarga Berencana (KB)
3.       Meningkatkan produksi pangan sesuai kebutuhan penduduk
4.       Melaksanakan program transmigrasi serta Menambah sarana pendidikan dan             perumahan sederhana.






DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. Data dan Informasi Kemiskinan berbagai tahun. Badan Pusat Statistik Indonesia, Jakarta.
Ekonomi dan Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia tahun 2003-2004. Kumpulan skripsi UNDIP: Semarang.
Ichwanmuis. 2011. Definisi, Penyebab, dan Indikator Kemiskinan. http://ichwanmuis.com/?p=1335. Dinkses 23 Maret 2011.
Siregar, H. 2006. Perbaikan Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi: Mendorong Investasi dan menciptakan lapangan Kerja. Jurnal Ekonomi Politik dan Keuangan, INDEF. Jakarta
Siregar, H. dan Dwi Wahyuniarti. 2007. Dampak Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penurunan Jumlah Penduduk Miskin.
Todaro, Michael dan Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga. Penterjemah: Drs. Haris Munandar, MA; Puji A.L, SE
Winarno, Wing Wahyu. 2009. Analisis Ekonometrika dan Statistika Dengan Eviews. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Wongdesmiwati. 2009. Pertumbuhan Ekonomi Dan Pengentasan Kemiskinan Di Indonesia: Analisis Ekonometrika.
http://wongdesmiwati.files.wordpress.com/2009/10/pertumbuhan-ekonomi dan pengentasan-kemiskinan-di-indonesia-_analisis-ekonometri_.pdf. Dinkses tanggal 5 Mei 2011.
World Bank Institute. 2002. Dasar-dasar Analisis Kemiskinan. Edisi Terjemahan BPS. Badan Pusat Statistik, Semarang Pengertian Kemiskinan: http://www.worldbank.org/poverty